Sedekah Subuh, Bantu Guru Ngaji Tak Bergaji
Ayo muliakan guru ngaji agar mereka terus semangat mengajarkan anak-anak Indonesia baca tulis Al-Quran.
Info Lembaga
INSANI Indonesian Human Care
Tentang program
“Selama mengajar, kami tidak dibayar sepeserpun.”, ungkap Ahmad, salah seorang guru ngaji di Parigi Sulawesi Tengah.
Ini hanyalah satu dari banyaknya perjuangan yang harus dihadapi oleh guru-guru ngaji di Indonesia. Banyak di antara mereka yang rela tak digaji demi mencerdaskan anak bangsa, mengajari mereka baca tulis Al-Quran dan ilmu agama.
Berdasarkan survey INSANI terhadap puluhan guru ngaji yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia diantaranya, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kepulauan Riau, dan Sumatera Utara, rata-rata kami mendapati mereka menghadapi kesulitan dalam mengajar.
Rendahnya kafalah atau bayaran yang didapat, menjadi rata-rata kesulitan utama yang mereka hadapi. Kesulitan lainnya ada pada fasilitas pendidikan yang tidak tersedia seperti minimnya ketersediaan iqra, mushaf Al-Quran, meja belajar, dan ruang belajar yang sudah tidak layak.
Ustadz Andi Ahmad, seorang guru ngaji dari Ampibabo, Kecamatan Parigi, Sulawesi Tengah menceritakan kondisi kesulitan yang dihadapi saat mengajar ngaji di hunian sementara Desa Taipa, Palu Utara, Kota Palu. Dari mulai tidak mendapatkan bayaran ngaji sampai tidak adanya dukungan fasilitas mengajar yang memadai.
“Di sini kami mengajar tidak ada bayaran alias free. Sementara kebutuhan yang mendesak saat ini seperti peralatan mengajar, meja untuk santri, papan tulis, poster-poster pembelajaran, poster huruf hijaiyah, poster rukun islam, iman, buku tulis untuk santri.” ungkap Ustadz Ahmad.
Kesulitan yang dihadapi Ustadz Ahmad juga datang dari orang tua murid yang kurang antusias dengan hadirnya kegiatan pendidikan Al-Quran di Hunian Sementara mereka. Sikap tersebut diakibatkan kondisi ekonomi mereka yang sulit. Sejak gempa bumi berskala 8,2 SR menerjang di tahun 2018 membuat masyarakat Palu banyak kehilangan harta benda mereka. Kondisi ini diperburuk dengan minimnya pengetahuan agama yang dimiliki masyarakat di hunian sementara.
“Kurangnya support dari orang tua santri dan tidak adanya dukungan masyarakat untuk mengawasi menjadi kendala tersendiri, padahal anak-anak di sini sudah sangat bersemangat dan mereka belajar atas inisiatif sendiri dan saling mengajak antar teman mereka.” ungkap Ustadz Andi.
“Sebelumnya para santri di sini sebelum kedatangan kami membantu mengajar mengaji, anak-anak yang rata-rata masih kelas 1 dan 2 SD tersebut mengaji di desa tetangga yang harus mereka lalui selama 1 jam perjalanan melewati sungai yang mati, dan hutan-hutan. Oleh karenanya, bersama teman-teman, kami datang dan menggunakan mushola di huntara tempat warga dan anak-anaknya tinggal yang tidak difungsikan sebelumnya sebagai tempat mengajar mengaji. Kendala selanjutnya, jarak yg lumayan jauh dari tempat kami sehingga cukup memakan biaya untuk pergi ke lokasi mengajar.” kisah Ustadz Ahmad.
Kondisi yang serupa juga dialami oleh Ustadz Heri Saputra (27) mengerahkan semua waktunya untuk fokus mengajarkan Al-Quran kepada 100 orang santri di Lampung. Tuntutan yang besar untuk memenuhi kebutuhannya bersama anak dan istri tidak bisa tercukupi hanya dengan 500 ribu dari bayaran tiap bulan yang ia terima.
Jika mencari tambahan pendapatan dari kegiatan diluar mengajar ngaji, Ustadz Heri khawatir proses pendidikan Al-Quran yang didapat oleh santri-santrinya menjadi terganggu. Ustadz Heri juga menyampaikan bahwa antusiasme dan semangat yang tinggi dari para santri membutuhkan support fasilitas belajar mengajar yang memadai seperti mushaf Al-Quran dan kipas angin.
“Ruangannya sempit, anak-anak sudah mulai ramai, kasihan kalau Al-Qurannya ganti-gantian, selain itu kipas angin karena kalau siang itu panas banget.” ungkap Ustadz Heri.
INSANI sangat mengapresiasi perjuangan yang begitu tulus dari para guru ngaji. Mereka adalah pahlawan yang membebaskan bangsa ini dari kebodohan dan membebaskan generasi muda Islam dari buta huruf Al-Quran.
Kondisi berat dan tantangan sering kali mereka hadapi dengan ikhlas. Namun, kami sadar betul bahwa mereka layaknya manusia biasa yang juga punya anak istri yang harus dihidupi.
Rasulullah bersabda : "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-quran dan mengajarkannya". (HR. Bukhari)
Berliau juga bersabda : “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya”. (HR. Muslim)
Belum ada Fundraiser
Ayo jadi bagian dari #JembatanKebaikan dengan membagikan program ini
Berita Terbaru
Lihat Semua22 Aug 2023
Pencairan Dana Rp 256.384
Assalamu'alaikum Wr. Wb
#Orangsholeh yang dirahmati Allah SWT
Insya Allah dana akan digunakan untuk membantu guru ngaji yang ada di pelosok agar mereka tetap bisa mengajarkan ilmu kepada anak-anak dan santri
semoga Allah membalas kebaikan Bapak/ Ibu/ Donatur semuanya dengan sebaik-baik balasan
Insya Allah kabar penyaluran akan kami sampaikan di kolom kabar penggalangan dana
Barokallahu fiikum
Donatur
Lihat SemuaHamba Allah
2 bulan yang lalu
Rp 2.000
Hamba Allah
2 bulan yang lalu
Rp 1.000
Hamba Allah
2 bulan yang lalu
Rp 2.000
Hamba Allah
2 bulan yang lalu
Rp 1.000
Hamba Allah
2 bulan yang lalu
Rp 50.000