Sudah setahun ke belakang ini Aisyah sudah tidak sanggup lagi menatap cermin bahkan melihat kondisi wajahnya di kamera handphone. Aisyah tahu, mata dan wajahnya semakin membengkak karena rasanya linu dan sakit tak berkesudahan. Ia ingin menangis sejadi-jadinya. Tapi apa daya, menangis hanya akan membuat mata bengkaknya itu semakin perih.
---------

Setelah 6 tahun Aisyah mencoba bertahan dengan tumor matanya, kini air matanya telah mengering digantikan dengan ringisan kecil tanpa tenaga.

“Euuhhh.. Euuhh..” ringis Aisyah kesakitan. Ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk menangis atau bahkan mengeluh pada ibunya. Percuma, air mata bisa membuat matanya akan semakin kesakitan. Seluruh wajahnya semakin membengkak. Kini tidak ada yang bisa ia lakukan lagi.

Sang ibu, Bu Daniati, tidak tega melihat kondisi Aisyah yang kian hari kian memburuk. Matanya menonjol semakin membesar. Bahkan Bu Daniati khawatir karena melihat bola mata Aisyah seperti bernanah dan hampir membusuk.

“Ya Allah.. Tolong anakku..” lirih Bu Daniati. Ia bersama suaminya bekerja serabutan demi kumpulkan biaya berobat Aisyah. Ia jadi tukang sapu di rumah tetangganya agar bisa cari uang sekaligus bisa sesekali merawat anaknya dekat dari rumah.

Aisyah sempat jalani perawatan di RSUD H Adam Malik Medan. Tapi perawatan terancam dihentikan karena kekurangan biaya. Aisyah masih menunggu agar ia bisa benar-benar dirawat secara intensif untuk pengobatan penyakitnya ini. Ia menanti pengobatan di rumahnya di Dusun I, Kel. Perkebunan Tanjung Kasau, Kec. Laut Tador, Kab. Batubara, Prov. Sumatera Utara.
--------------------------
Kakak Baik, akankah kita diam saja melihat seorang anak perempuan dengan tumor mata parah ini menanti kesembuhannya? Yuk kita bantu Aisyah berjuang menghadapi tumor matanya agar ia tidak merasa sendiri.

Rumah Asuh
Jl. Cicalengka Raya No. 5
Antapani, Bandung