“Rumahnya sudah ambruk, tapi itu rumah satu-satunya milik Pak Sak Roni dan Istri,” begitulah kesaksian tetangga Pak Sak Roni melihat rumahnya yang sudah ambruk.

Saat kami mendengar penuturan tetangga Pak Sak Roni, kami cukup terkejut. Awalnya, kami menyangka rumah itu sudah tidak ada pemiliknya, bahkan tidak berpenghuni, tapi ternyata rumah itu masih ada pemiliknya.

Rumah Pak Sak Roni terletak di Desa Tambang Rambang, Kecamatan Rambang Kuang, Sumatera Selatan. Kondisinya saat ini sudah hampir rata dengan tanah. Melihat kondisi rumahnya yang semakin hancur, Pak Sak Roni memutuskan untuk menumpang di rumah sepupunya. “Saya takut tertimpa reruntuhan kalau maksain tinggal disitu, jadi saya numpang dulu aja di rumah sepupu sampe rumahnya diperbaiki,” Ujar Pak Sak Roni.

Khawatir tiba-tiba sisi kiri runtuh lagi saat berdiam di rumah, Pak Sak Roni hanya sesekali nengok rumahnya untuk keperluan tertentu saja. Ia tidak mau meninggalkan rumah itu sepenuhnya karena sudah menjadi milik pribadi. “Itu rumah harta terbesar saya satu-satunya. Saya ingin sekali bangun kembali untuk saya dan istri tinggal,” ada gurat kesedihan di wajahnya. Pak Sak Roni masih menyayangi rumahnya.

Saat ini, Pak Sak Roni belum bisa memperbaiki rumahnya tersebut karena biayanya cukup besar. Sudah 40 tahun ia berprofesi sebagai tukang buruh karet, penghasilannya hanya Rp20.000/hari. Tentu upah ini hanya bisa ia gunakan untuk keperluan sehari-hari. Pak Sak Roni berharap ia bisa segera perbaiki rumahnya dan kembali tinggal di sana.

Sobat, tak bisa dibayangkan bagaimana kerinduan Pak Sak Roni pada rumah tercintanya. Bantu ia bisa bangun rumahnya lagi yuk!