“Saya merasa gagal jadi bapak karena melihat anak saya sakit-sakitan, susah napas, batuk-batuk, sampai gizi buruk, Mbak,” tutur Pak Ahmad, bapak dari Maulana yang alami TB paru dan gizi buruk.

Sudah hampir 1 tahun Maulana sering rewel dan tak bisa tidur dengan nyenyak. Rasanya pasti tidak nyaman sekali menahan rasa sesak napas dan juga kelaparan di usianya yang masih sangat kecil itu. Ia sulit sekali mengutarakan ketidaknyamanan dan kesakitan yang dirasakannya kecuali dengan menangis.

“Kami sempat bawa ke puskesmas, Mbak. Tapi di sana kami dirujuk ke rumah sakit di kota. Kami tidak punya biayanya untuk ke sana,” tutur Pak Ahmad. Di sampingnya ada istrinya yang sedang menenangkan Maulana yang sedang menangis.

Maulana alami gizi buruk karena kebutuhan ASInya tak terpenuhi. Ibunya kesulitan memproduksi ASI, sedangkan Maulana membutuhkan banyak nutrisi. Beberapa kali orang tuanya terpaksa hanya mampu memberinya air teh yang ada di rumah karena tak mampu membeli susu formula yang harganya tak dapat dijangkau oleh orang tuanya.

Kini Maulana bersama orang tuanya tinggal di Dusun Potu, Desa Lanta, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Sembari kumpulkan uang untuk pengobatan ke rumah sakit, Pak Ahmad terus berusaha kerja memanjat pohon lontar dan kumpulkan air dari buahnya untuk dijual. Upah dari pekerjaannya itu sehari tak lebih dari Rp20.000. Dengan penghasilan itu, Pak Ahmad saat ini baru mampu mengobati anaknya dengan pengobatan tradisional.

Kak, di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, Maulana harus berjuang dengan gizi buruk dan TB paru. Tegakah kita membiarkan adik sekecil Maulana harus berjuang sendiri menahan penyakit beratnya itu? Yuk, bantu Maulana berobat ke rumah sakit agar segera sembuh dari TB Paru dan gizi buruknya.

Rumah Asuh
Jl. Cicalengka Raya No. 5
Antapani, Bandung

Disclaimer:
Bila hasil donasi melebihi target, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya dengan campaign serupa.