Bagi kaum muslim, beribadah di masjid adalah sebuah impian karena bisa menyejukkan hati dan semakin khusyuk ketika memohon kepada Sang Pencipta. Tapi, mayoritas warga pedalaman belum bisa merasakan kebahagiaan beribadah di masjid.

Banyak dari warga di pedalaman Indonesia Timur yang beragama Islam, tapi mereka tidak memiliki masjid sebagai tempat ibadah, salah satunya dikarenakan faktor ekonomi maupun bencana yang pernah melanda.

Seperti halnya yang dirasakan oleh warga muslim di Kampung Marotauk, Ngada (NTT) dan warga Dusun Nanghale, Sikka (NTT):

Sebanyak 800 warga Kampung Marotauk yang bekerja sebagai petani masih harus berjuang untuk membangun masjid pertama mereka. Kampung ini menjadi pusat dakwah karena menjadi satu-satunya pesantren di Kabupaten Ngada.

Meski terkendala ekonomi, warga di sini bergotong-royong membantu santri supaya bisa beribadah di masjid pertama mereka dengan mengumpulkan bebatuan untuk dijadikan pondasi masjid.

Selain itu, bagi warga Dusun Nanghale, dengan berdirinya masjid dapat menjadi hadiah terindah untuk mereka. Karena sebagian besar warga Dusun Nanghale adalah pengungsi yang terdampak bencana gempa dan tsunami beberapa tahun lalu.

Beribadah di masjid menjadi penenang hati untuk mereka pasca mengalami bencana besar. Ditambah lagi sekarang mereka beribadah di mushola darurat yang hanya berdinding seng dan beralaskan tanah.

Penghasilan warga Dusun Nanghale sebagai nelayan pun hanya bisa digunakan untuk membeli semen. “Kami ingin sekali membangun masjid yang layak di pesisir Nanghale, Pak. Supaya kami bisa lebih semangat beribadah,” ujar salah satu warga.

Sahabat, begitu besar perjuangan warga pedalaman NTT untuk membangun masjid. Ayo kita sama-sama bantu wujudkan masjid impian mereka!