Di daerah Tasikmalaya Jawa Barat hidup seorang kakek sebatang kara bernama Kakek Didi. Setelah ditinggal pergi oleh istrinya, kakek harus menjalani hari-harinya dengan kesepian. Anak satu-satunya sudah meninggal dunia dari usia 6 tahun karena sakit. 

Kondisi tubuh yang tidak bugar lagi, serta fisiknya yang tidak sempurna terlihat dari kaki yang bengkak dan tangan yang kurang normal kakek Didi harus bertahan hidup dikaki sendiri. Penyebab fisiknya seperti itu karena pernah mengalami kecelakaan kerja sebagai kuli bangunan hingga mengalami stroke. 

Penghasilannya sekarang hanya dari menjual sapu lidi yang untungnya hanya 2000 per buah. Ia harus rela memikul beban berat sapu lidi berkeliling sampai ke pelosok desa dari pagi hingga petang, sampai punggungnya bungkuk berharap sapu lidi yang diambil dari pengrajin desa setempat bisa laku terjual untuk mencukupi kehidupannya.