“Dapat makan dari mana, Mak?”
“Dikasih orang … “ jawab Mak Erum dengan suara bergetar.
—
Lebih
 dari 80 tahun sudah Mak Erum hidup di dunia. Tubuhnya kini sudah 
semakin bungkuk dan ringkih seiring dengan usianya yang semakin senja. 
Langkah yang perlahan dan tertatih menunjukkan ia tak lagi sekuat masa 
mudanya.
<figure class="image"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahpangan/public/campaign/1K1PFv7wda4w.jpg" data-image="eq26z77jh5ru"></figure>
Di
 gubuk reyot inilah, Mak Erum menghabiskan sisa hidupnya. Tak ada suami 
atau anak, sebatang kara Mak Erum tinggal. Berteman sepi, Mak Erum harus
 mengurus dirinya sendiri.
<figure class="image"><img data-image="vt0u36bzhdrz"></figure>
Begitulah,
 sesekali Mak Erum mendapatkan makanan dari kebaikan tetangganya. Namun,
 jika tidak Mak Erum terpaksa makan tanpa lauk. Bagi Mak Erum, daun 
singkong yang dipetik di kebun dekat rumahnya adalah lauk yang paling 
mewah. 
<figure class="image"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahpangan/public/campaign/5eosnJLNOUte.jpg" data-image="3bftmpitoay9"></figure>
“Makan sama garam,” Itulah jawaban Mak Erum ketika kami tanya apa lauk yang sedang ia makan. 
Nasi yang dikonsumsi pun mengkhawatirkan, karena sering tak memiliki beras, Mak Erum sering makan nasi sisa hari kemarin.
Jika
 ada yang memberi ia terima, jika tidak ia tak akan meminta. Ia lakukan 
apa yang bisa ia lakukan, seperti memetik daun singkong, mencabut 
rumput, atau membersihkan halaman.
<figure class="image"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahpangan/public/campaign/KFZnNKd1Hevl.jpg" data-image="j6z7mw61eeac"></figure>
Pasti
 sangat sulit rasanya menjadi Mak Erum. Dengan tubuh yang melemah dan 
tak ada yang mengurusinya, ia harus tetap memperjuangkan sisa hidupnya. 
Sobat,
 akankah kita membiarkan Mak Erum berjuang sendiri di sisa hidupnya? 
Mari kita temani ia, berikan pelukan kebahagiaan dengan kebaikan yang 
kita salurkan kepadanya.

Mak Erum tinggal sendiri di gubuk reyot, ia hanya makan dari pemberian tetangganya. Mari bantu penuhi kebutuhan Mak Erum

Hanya Makan Nasi Kemarin dan Garam, Hidup Mak Erum Sangat Memprihatinkan

“Dapat makan dari mana, Mak?”
“Dikasih orang … “ jawab Mak Erum dengan suara bergetar.
—
Lebih
 dari 80 tahun sudah Mak Erum hidup di dunia. Tubuhnya kini sudah 
semakin bungkuk dan ringkih seiring dengan usianya yang semakin senja. 
Langkah yang perlahan dan tertatih menunjukkan ia tak lagi sekuat masa 
mudanya.

Di
 gubuk reyot inilah, Mak Erum menghabiskan sisa hidupnya. Tak ada suami 
atau anak, sebatang kara Mak Erum tinggal. Berteman sepi, Mak Erum harus
 mengurus dirinya sendiri.

Begitulah,
 sesekali Mak Erum mendapatkan makanan dari kebaikan tetangganya. Namun,
 jika tidak Mak Erum terpaksa makan tanpa lauk. Bagi Mak Erum, daun 
singkong yang dipetik di kebun dekat rumahnya adalah lauk yang paling 
mewah.  

“Makan sama garam,” Itulah jawaban Mak Erum ketika kami tanya apa lauk yang sedang ia makan. 
Nasi yang dikonsumsi pun mengkhawatirkan, karena sering tak memiliki beras, Mak Erum sering makan nasi sisa hari kemarin.
Jika
 ada yang memberi ia terima, jika tidak ia tak akan meminta. Ia lakukan 
apa yang bisa ia lakukan, seperti memetik daun singkong, mencabut 
rumput, atau membersihkan halaman.

Pasti
 sangat sulit rasanya menjadi Mak Erum. Dengan tubuh yang melemah dan 
tak ada yang mengurusinya, ia harus tetap memperjuangkan sisa hidupnya. 
Sobat,
 akankah kita membiarkan Mak Erum berjuang sendiri di sisa hidupnya? 
Mari kita temani ia, berikan pelukan kebahagiaan dengan kebaikan yang 
kita salurkan kepadanya.

Lembaga filantropi yang fokus membangun program ketahanan pangan bagi masyarakat pra-sejahtera

Hanya Makan Nasi Kemarin dan Garam, Hidup Mak Erum Sangat Memprihatinkan

Kenapa harus ikut Gerakan SERU (Sedekah Rutin)?

Diingatkan untuk rutin bersedekah

FAQ