apakah saya bisa memiliki kulit seperti orang-orang, saya takut orang-orang jijik melihat saya. Saya hanya bisa menangis dan berdoa kepada Tuhan, agar bisa segera sembuh. ungkap mak Dede dengan kepala tertunduk karena malu.

Sungguh menyayat jika mengikuti kisah hidup yang dialami oleh mak Dede (53 tahun) Sekujur tubuhnya dipenuhi benjolan sebesar anggur. Bahkan ada benjolan besar yang menjuntai sebesar buah melon dari belakang kepala dan leher beliau yang sudah pasti cukup berat dan mengganggu aktivitasnya.

Meski tak jarang mendapatkan cemooh bahkan di jauhi oleh orang-orang, namun tak ada pilihan lain bagi mak Dede selain terus bertahan dan menjalani karunia kehidupan yang Tuhan anugrahkan padanya.

Meski dengan berjalan tertunduk, untuk bertahan hidup, mak Dede berjualan kopi keliling. Namun, walaupun sudah mati-matian seharian mencari pembeli, tetap saja jarang ada yang membeli. Bahkan tak jarang Ada pembeli yang batal membeli karena melihat kondisi fisik Emak.

Banyak orang yang takut melihat kondisi badan Emak. Tapi kalau Emak gak ikhtiar jualan kopi Mak mau makan darimana ungkap Emak dengan terbata-bata.

Mak bercerita kalau beliau sering berangkat berjualan dalam keadaan lapar, karena tak memiliki sedikit pun makanan dirumah. Kadang Mak terpaksa berhenti sejenak dipinggir jalan karena kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang akibat menahan lapar, juga karena menahan rasa sakit terutama dari benjolan yang ada di leher Emak yang jika kambuh rasanya pegal dan sakit sekali.

.

Kalau sudah begitu, mak biasanya beristirahat sebentar sambil minum air saja, sambil berdoa ada yang membeli dagangan Emak agar Emak bisa membeli beberapa buah gorengan untuk sekedar pengganjal perut. kata Emak dengan mata yang berkaca-kaca

.

Sedih sekali, benjolan-benjolan yang ada ditubuh Emak semakin banyak dan semakin membesar akibat dari penyakitnya yang sudah bersarang dan menjalar hampir selama 53 tahun di sekujur tubuh Emak. Benjolan-benjolan itu terus menyebar keseluruh tubuh Emak, karena beliau sama sekali tidak pernah berobat sejak kecil. Orang tua Emak yang hanya kuli serabutan tidak memiliki biaya untuk bawa Emak berobat.

.

Sebetulnya Emak pernah menikah, namun pernikahan Emak hanya bertahan satu tahun saja, karena sang suami meninggalkan mak Dede begitu saja tanpa kabar berita hingga saat ini.

Kini mak Dede harus ikhlas tinggal sebatang kara disebuah rumah petak ukuran 2x3 meter hampir tanpa perabot dengan kondisi yang jauh dari kata layak.

Meski bagi Emak hal itu hanya sebatas angan dan hanya mampu Emak lantunkan dalam untaian do'a dan aduanya kepada Sang Pemilik Hidup, namun Emak ingin sekali memiliki kulit seperti orang-orang dan bisa hidup layaknya mereka.

.

Insan baik, maukah kita bersama-sama menjawab doa dan impian mak Dede untuk menjemput kesembuhannya dan menghadiahkan kehidupan yang lebih baik di tengah deraan ujian berat yang mewarnai 53 tahun kehidupan Emak.

.

Kita bisa mengantarkan mak Dede ke pintu rumah sakit dengan menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki, agar mak Dede bisa menjemput kesembuhannya.

Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan serta untuk memenuhi kebutuhan mak Dede lainnya. Selain itu, akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan dan pendampingan yayasan amal baik insani.