antu membuat rasa aman dan hangat dengan tempat tinggal yang layak.

Pak Kusnindar, beliau adalah petani pisang. Beliau juga sebagai kepala keluarga dengan rumah hampir seperti kandang hewan, memiliki penghasilan sekitar 50 ribu setiap bulannya. Beliau tinggal bersama istri dan satu anak perempuan.

Beliau berkebun di kawasan hutan lindung milik pemerintah, rintangan yang dihadapi untuk untuk menggarap hasil bumi pun harus selalu waspada karena bersinggungan dengan lalu lalang hewan buas, perjuangannya begitu berat demi keluarga yang begitu disayangi.

Rumah Pak Kusnindar dan keluarga yang hanya seluas 3x2m merupakan rumah dari awal beliau menikah dengan istri.

Hal miris lainnya terjadi saat hujan, ketika hujan bocor dari atap sering dialami sehingga saat malam hari dan terjadi hujan, beliau sekeluarga pun harus rela untuk terbangun dan duduk menunggu hujan reda dan tidak bocor lagi. Bahkan sering terjadi juga ular kobra masuk di dalam rumah beliau karena tembok bilik yang sudah bolong dan atap yang rapuh juga banyak bolongnya. Selain ular kobra, tawon atau lebah penyengat pun kerap masuk ke rumah beliau.

Kondisi yang sangat menyentuh hati adalah ketika keluarga kecilnya mau makan, sedangkan uang untuk membeli kebutuhan pokok pangan pun tidak ada. Sehingga kondisi itu memaksa beliau untuk meminta makan ke tetangga agar anak semata wayangnya bisa makan.

Ayah satu anak kelahiran kabupaten garut ini juga mengaku sering bersama istrinya terpaksa menahan lapar karena tidak ada beras untuk dimasak. Anaknya pun sering bertanya kepada beliau “Bapak, kenapa rumah kita beda dengan rumah yang lain, dan kita juga gapunya televisi untuk di tonton”

Beliau dan istri sering berdoa meminta ke ALLAH SWT untuk diberikan kehidupan selayaknya dengan makan secukupnya dan rumah dalam keadaan nyaman. Harapan ini selalu beliau dan istri do’a kan.

Tegakah kita membiarkan keluarga Pak Kusnindar kedinginan, kelaparan, serta kehilangan rasa aman?