“Sekarang kan udah nggak sekolah, jadi saya nyari keong di sawah sama ngurus ibu di rumah,” ujar Wiranto kepada relawan Sahabat Pedalaman.

Hidup dengan kondisi ekonomi terbatas bukan hal yang mudah. Apalagi dengan kondisi ibu yang mengalami stroke dan sang ayah yang hanya memiliki penghasilan 25 ribu sehari.

Karena Ibu sakit dan tidak ada biaya, Wiranto terpaksa putus sekolah.

“Empat bulan sebelum kelulusan, ibu stroke kak. Dari situ saya gak ada biaya, akhirnya saya nggak lanjut sekolah supaya bisa merawat Ibu,” cerita Wiranto.

Padahal, saat sekolah dulu, Wiranto dikenal sebagai anak yang berprestasi. Ia pernah mendapatkan juara 2 lomba matematika di sekolahnya.

Wiranto bercita-cita menjadi guru agar bisa membanggakan kedua orang tuanya.

Sahabat Baik, jangan biarkan anak secerdas Wiranto harus pupus impiannya. Mari sama-sama kita bantu beasiswa untuk Wiranto.