
Bantu Kuli Angkut Sawit Jadi Penghafal Quran
Sebelum berangkat ke pesantren, Robiah bekerja sebagai kuli angkut dengan upah 120 ribu per bulan untuk bayar biaya pesantren.
Info Lembaga

Yayasan Al-Iman
Tentang program
Bagaimana rasanya jika untuk bayar biaya pesantren 100 ribu per bulan saja harus jadi kuli angkut sawit dan penyadap getah karet?
Inilah yang dialami oleh Robiah Aladawiah dan adiknya Naila Al Khumaira. Anak ke dua dan ke empat dari lima bersaudara ini harus jadi kuli angkut sawit dan penyadap getah karet untuk menggapai cita-cita menjadi hafidzah Quran. Tangan yang membengkak, muka merah kepanasan, hingga menggigil saat hujan turun sudah biasa Robiah dan Naila rasakan.
“Kalau hujan saya sedih bahkan sering menangis karena pekerjaan saya bisa sampai sore dan tidak bisa ke pesantren. Seringnya saya harus lari dorong arko (gerobak) agar bisa ke pesantren walau telat” -Robiah
Rumah Robiah dan Naila terletak di tengah-tengah hutan perkebunan di Desa Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Balitung. Robiah dan Naila butuh waktu 40 menit dengan berjalan kaki untuk bisa sampai ke pesantren. Jalanan yang berlumpur hingga berlubang harus mereka lalui setelah lelahnya bekerja seharian di kebun sawit.
Robiah mendapatkan upah sebesar 120 ribu dari dua kali panen sawit selama satu bulan. Sedangkan tenaga Naila dihargai 4 ribu per satu kilo getah karet yang berhasil ia kumpulkan. Uang itu mereka kumpulkan dan bagi dua untuk biaya pesantren serta memberikan ke ibunya sebagai tambahan untuk makan sehari-hari.
Namun kini Robiah dan Naila terancam tidak bisa mondok lagi
Pesantren tempat Robiah dan Naila kini mewajibkan santri-santrinya untuk mukim dengan biaya 500 ribu per bulan. Untuk membayar pesantren non mukim 100 ribu per bulan saja Robiah dan Naila harus mendorong arko penuh sawit 20 kali balikan dan menyadap getah karet sebanyak 20 kg. Robiah dan Naila kini kebingungan bagaimana caranya tubuh kecil dan tenaga tak seberapa yang mereka miliki harus bekerja lima kali lipat setiap bulannya.
Ayahanda Robiah dan Naila, Amran, bekerja sebagai marbot dan buruh lepas dengan upah 700 ribu per bulan. Sedangkan Ibu mereka berdiri lama saja sudah tidak mampu akibat sakit tulang keropos yang diderita. Uang yang dikumpulkan sang ayah saja hanya mampu membeli mie instan untuk makan sekeluarga. Biaya 1 juta per bulan untuk Robiah dan Naila mukim di pondok tentu uang yang sangat besar untuk ayah mereka
Sahabat, mari bantu sediakan beasiswa untuk para penghafal Quran di Indonesia
Robiah dan Naila hanya salah satu cerita dari sekian banyak calon-calon penghafal Quran yang terpaksa tidak bisa melanjutkan pesantren karena terkendala biaya. Menyediakan beasiswa bagi mereka bukan hanya akan mengantarkan mereka menjadi hafidz dan hafidzah saja, tapi juga meraih pahala berlimpah dari setiap bacaan, hafalan, dan ilmu yang mereka sebarkan. Insya Allah beasiswa ini akan bermanfaat bagi calon hafidz dan hafidzah serta menjadi ladang amal jariyah bagi sahabat.
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim).
Mari berbagi dengan cara:
Klik tombol Donasi
Masukan nominal sedekah
Pilih metode pembayaran
Selesaikan dengan lanjutkan pembayaran
Dapatkan update dan laporan program melalui email/whatsapp yang Sahabat cantumkan
Kantor Yayasan Al-Iman
Jl. Raya Cileunyi - Rancaekek Rt 01 Rw 04 Kec. Cileunyi kab. Bandung Jawa Barat 40394
Informasi & Konfirmasi Donasi
Whatsapp Center: 081224221532
Belum ada Fundraiser
Ayo jadi bagian dari #JembatanKebaikan dengan membagikan program ini
Berita Terbaru
Belum ada berita
Lembaga belum membuat berita terbaru
Donatur
Lihat SemuaHamba Allah
2 tahun yang lalu
Rp 1.000

Hamba Allah
3 tahun yang lalu
Rp 1.000