“Kalau saya gak kerja, nanti anak saya mau makan apa,”
Itulah yang terlintas di pikiran Pak Ahmad, seorang pejuang penyakit ginjal kronis yang rela menahan rasa sakit demi bisa terus bekerja keras.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/Qa6PEYFG8LFQ.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="ecejn2n26cll"></figure>
Pak Ahmad tinggal bersama satu anaknya, Husnul, yang seharusnya kini duduk di bangku SMK. Namun, ketidakberdayaan ekonomi membuat Husnul terpaksa berhenti sekolah karena Pak Ahmad mulai kesulitan membayar keperluan sekolah anak perempuannya itu. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Krajan RT 003/004 Kel. Sumberan, Kec. Besuk, Kab. Probolinggo, Prov. Jawa Timur. Sementara itu, istrinya memilih untuk pergi dan tinggal bersama orangtuanya karena mengidap penyakit pengapuran lutut.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/m35E9jHrV9qa.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="l29bysdjgvj1"></figure>
Dengan tubuhnya yang kini mulai melemah karena penyakit ginjal, Pak Ahmad bekerja serabutan. Apapun ia kerjakan yang penting bisa menghasilkan. Mulai dari jadi kuli bangunan, buruh di kebuh tetangga, pembersih kotoran kambing, pemotong rumput, hingga pemungut sisa sisa jagung hasil panen yang tak terpakai. Meskipun segala hal dikerjakannya, Pak Ahmad masih saja kesulitan membiayai hidupnya dan sang anak. Wajar saja, upahnya sehari rata-rata hanya 20ribu, padahal ia tak hanya butuh biaya untuk makan, namun juga berobat ke rumah sakit yang jaraknya jauh dari rumah.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="9rqudca8nwxo"></figure>
“Harus cuci darah seminggu dua kali, dan sudah tujuh tahun saya hidup seperti ini,” ungkapnya.
Kondisi fisik Pak Ahmad kini begitu memprihatinkan. Di lengan kanannya terdapat bekas operasi dan kini sudah tidak bisa lagi digunakan untuk cuci darah, sehingga kini ia menggunakan lengan kiri untuk proses cuci darah. Jika sekali saja Pak Ahmad telat cuci darah, maka kepalanya akan terasa sakit dan membengkak. Karenanya, demi berhemat, Pak Ahmad dan anaknya hanya makan nasi dengan lauk telur. Dua butir untuk seminggu penuh. Ya, mereka memasak telur tersebut dan membaginya menjadi beberapa potong untuk seminggu.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/IYiCwvcAC7bX.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="3u46mx8m3unw"></figure>
“Kasihan Husnul, makannya itu lagi itu lagi, pasti dia juga pengen makan enak,” cerita Pak Ahmad menahan tangisnya.
Beruntung, Pak Ahmad memilik anak yang begitu pengertian dan berbakti. Husnul selalu merawat ayahnya tersebut hingga menemani cuci darah. Ia jugalah yang memasak dan membereskan rumah saat ayahnya sibuk bekerja. Tak pernah keluh kesah ia tumpahkan pada ayahnya itu, meskipun ia sebenarnya sangat ingin makan enak dan pergi sekolah kembali. Husnul paham betul bagaimana perjuangan ayahnya tersebut dengan tubuhnya yang sebenarnya sudah tak boleh lagi digunakan untuk bekerja.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/BO2BbdT45gyI.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="ra9e5nhyg5dl"></figure>
Sobat Quran, betapa malangnya jalan hidup Pak Ahmad. Seharusnya ia fokus berobat dan beristirahat hingga sembuh. Karena itulah, kita ringakan kusulitan Pak Ahmad dengan membantunya sembuh dari penyakit ginjal yuk agar ia bisa kembali bekerja dengan tubuh bugar, yuk Sobat!
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat."

kita ringakan kusulitan Pak Ahmad dengan membantunya sembuh dari penyakit ginjal yuk agar ia bisa kembali bekerja dengan tubuh bugar, yuk!

Bantu Pak Ahmad Sembuh dari Gagal Ginjal Kronis

“Kalau saya gak kerja, nanti anak saya mau makan apa,”
Itulah yang terlintas di pikiran Pak Ahmad, seorang pejuang penyakit ginjal kronis yang rela menahan rasa sakit demi bisa terus bekerja keras.

Pak Ahmad tinggal bersama satu anaknya, Husnul, yang seharusnya kini duduk di bangku SMK. Namun, ketidakberdayaan ekonomi membuat Husnul terpaksa berhenti sekolah karena Pak Ahmad mulai kesulitan membayar keperluan sekolah anak perempuannya itu. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Krajan RT 003/004 Kel. Sumberan, Kec. Besuk, Kab. Probolinggo, Prov. Jawa Timur. Sementara itu, istrinya memilih untuk pergi dan tinggal bersama orangtuanya karena mengidap penyakit pengapuran lutut.

Dengan tubuhnya yang kini mulai melemah karena penyakit ginjal, Pak Ahmad bekerja serabutan. Apapun ia kerjakan yang penting bisa menghasilkan. Mulai dari jadi kuli bangunan, buruh di kebuh tetangga, pembersih kotoran kambing, pemotong rumput, hingga pemungut sisa sisa jagung hasil panen yang tak terpakai. Meskipun segala hal dikerjakannya, Pak Ahmad masih saja kesulitan membiayai hidupnya dan sang anak. Wajar saja, upahnya sehari rata-rata hanya 20ribu, padahal ia tak hanya butuh biaya untuk makan, namun juga berobat ke rumah sakit yang jaraknya jauh dari rumah.

“Harus cuci darah seminggu dua kali, dan sudah tujuh tahun saya hidup seperti ini,” ungkapnya.
Kondisi fisik Pak Ahmad kini begitu memprihatinkan. Di lengan kanannya terdapat bekas operasi dan kini sudah tidak bisa lagi digunakan untuk cuci darah, sehingga kini ia menggunakan lengan kiri untuk proses cuci darah. Jika sekali saja Pak Ahmad telat cuci darah, maka kepalanya akan terasa sakit dan membengkak. Karenanya, demi berhemat, Pak Ahmad dan anaknya hanya makan nasi dengan lauk telur. Dua butir untuk seminggu penuh. Ya, mereka memasak telur tersebut dan membaginya menjadi beberapa potong untuk seminggu.

“Kasihan Husnul, makannya itu lagi itu lagi, pasti dia juga pengen makan enak,” cerita Pak Ahmad menahan tangisnya.
Beruntung, Pak Ahmad memilik anak yang begitu pengertian dan berbakti. Husnul selalu merawat ayahnya tersebut hingga menemani cuci darah. Ia jugalah yang memasak dan membereskan rumah saat ayahnya sibuk bekerja. Tak pernah keluh kesah ia tumpahkan pada ayahnya itu, meskipun ia sebenarnya sangat ingin makan enak dan pergi sekolah kembali. Husnul paham betul bagaimana perjuangan ayahnya tersebut dengan tubuhnya yang sebenarnya sudah tak boleh lagi digunakan untuk bekerja.

Sobat Quran, betapa malangnya jalan hidup Pak Ahmad. Seharusnya ia fokus berobat dan beristirahat hingga sembuh. Karena itulah, kita ringakan kusulitan Pak Ahmad dengan membantunya sembuh dari penyakit ginjal yuk agar ia bisa kembali bekerja dengan tubuh bugar, yuk Sobat!
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat."

Indonesia Bersama Quran merupakan sebuah lembaga filantropi yang hadir untuk menciptakan kebahagiaan dengan menanamkan nilai-nilai Al-Quran demi kebaikan setiap individu di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Kami yakin sekecil apapun kebaikan, apabila dilakukan bersama akan membawa dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat.

Bantu Pak Ahmad Sembuh dari Gagal Ginjal Kronis

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur