“Mbah bersyukur masih bisa makan nasi aking dengan garam…”

Itulah yang dikatakan dalam bahasa Jawa oleh Mbah Surati, 74 tahun, yang menyambut kami dengan hangat di gubuk tuanya yang reyot saat kami duduk bersama.

Sahabat, menurut data Tim Nasional Perceatan Penanggulangan Kemiskinan (TNPK) pada tahun 2020, hanya 2% dari 74juta orang lansia yang mendapatkan babntuan sosial (TNP2K, 2020. Situasi Lansia di Indonesia dan Akses terhadap Program Perlindungan Sosial:Analisis Data Sekunder. Jakarta.)

Masih ingatkah Sahabat dengan Nek Sawinah? Nenek berusia 74 tahun yang tinggal sebatang kara di jember, Jawa Timur ini harus menempuh 2 jam jalan kaki untuk dapat mencapai balai kota, kemudian berdesak-desakan dengan dhuafa lain untuk mendapatkan raskin.

Sayangnya, kini beliau tidak lagi mendapatkan jatah raskin. Alhasil, ia memaksakan tubuhnya yang kian rapuh itu untuk bekerja sebagai buruh tani dan pembuat sapu lidi yang nantinya akan ia jual. 

Ada juga Nek Habibah yang belum pernah sama sekali mendapatkan bantuan sosial. Nenek berusia 61 tahun ini,  tiga tahun lalu terjatuh di sungai ketika sedang mencuci pakaian dan menyebabkan ia tidak lagi bisa menggerakkan tangan dan kakinya seperti biasa. Alhasil, sekarang hanya bisa terbaring di kediamannya yang dibangun dari seng, terpal, kayu dan batu. 

Kami berharap Sahabat juga masih mengingat Nek Hawsyah yang harus tidur di kediamannya yang terdiri dari kayu dan kain. Suaminya sudah berpulang sejak berpuluh puluh tahun lalu hingga nenek sudah lupa kapan tepatnya. Nenek berusia 74 tahun ini bermimpi untuk bisa mengisi perutnya satu kali saja dalam sehari. 

Sahabat, kami percaya, semua lansia di negeri ini berhak atas hidup yang layak untuk menghabisakan masa senjanya. 

Bersediakah Sahabat berbagi sebagian kecil saja kebahagiaan kepada mereka yang sudah berjuang sendiri di usianya yang kian senja?