Untuk pergi ke sekolah, anak-anak di pelosok Ketungau harus menyeberangi sungai dengan mendayung perahu kayu selama 2 jam.

"Harusnya ada jembatan di sini, Pak. Biar kami mudah dan nggak harus sewa perahu. Tapi apa daya, kami nggak punya cukup uang untuk patungan bangun jembatan." ujar salah seorang warga.

Sebanyak 1.365 penduduk, termasuk guru dan murid-murid di Desa Tirta Karya, Sintang, pedalaman Kalimantan harus menyebrangi sungai Ketungau selebar 98 meter dengan mendayung perahu selama 2 jam perjalanan.

Hal tersebut bukanlah perjuangan yang mudah, tenaga mereka harus terkuras sebelum pembelajaran di sekolah dimulai. Tidak hanya tenaga, biaya yang dikeluarkan untuk menyewa perahu pun tidak murah, berkisar dari Rp300.000.

Sementara kebanyakan warga adalah petani yang upahnya terbatas. Untuk makan saja tidak menentu, apalagi jika harus terus digunakan untuk jasa menyewa perahu.

“Selain guru dan murid yang kesulitan tiap mau ke sekolah, warga di sini kalau ada yang sakit juga susah, Pak. Harus bayar perahu yang mahal harganya,” cerita salah satu warga.

“Harapannya di sini bisa dibangun jembatan untuk mempermudah akses kami menuju desa seberang, terutama di saat darurat,” lanjutnya.

Sahabat Baik, masih banyak saudara kita di pedalaman yang belum mendapatkan kemudahan akses seperti di kota.