"Kenapa harus anak saya yang begini? Kenapa Abdillah gak bisa kayak anak-anak lain? Saya pengen liat Abdilah bisa makan normal, main normal seperti anak-anak lainnya"

Ibu Abdilah menangis ketika melihat anaknya yang tidak bisa duduk bersiap untuk makan, Abdilah sudah berusia tiga tahun tapi masih kesulitan untuk duduk dan bicara. Ketika proses persalinan, Abdillah lahir tanpa tangisan, kondisi badan dan bibi yang membiru, akibat dari lilitan ari-ari dan mengeringnya ketuban saat di kandungan, menyebabkan Abdilah memiliki kelainan tempurung, tempurung kepala Abdilah yang tidak tertutup sempurna membuat keluarga pasrah untuk merelakan kepergian Abdilah. Namun keajaiban terjadi, setelah di nyatakan meninggal, Abdilah menangis seperti bayi normal.

Namun akibat dari kelainan Ketika persalinan, Abdilah tidak bisa hidup normal, tidak bisa makan selayaknya balita normal lainya, Abdillah hanya sanggup memakan biscuit atau bubur dan susu, untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya Abdillah mengkonsumsi vitamin seadanya karena ekonomi keluarga yang rendah. Orang tua Abdillah hanya mengandalkan hasil dari usaha warung kecil di rumahnya, ayah Abdillah yang baru saja di rumahkan dampak dari pandemi sehingga sang Ayah harus berjualan ikan cupang keliling, dengan pendapatan 300-500 rupiah per bulan.

Dengan kondisi Abidillah yang harus melakukan perawatan intensif, keluarga hanya mampu membayar biaya fisioterapi setiap minggunya sebesar 100 ribu. Usia yang menginjak tiga tahun, Abdillah tidak bisa berdiri bahkan duduk, sehingga harus dibantu oleh kursi khusus bayi. Gula dara Abdillah yang rendah pun memperburuk kondisi Abdillah juga pertumbuhan Abdillah yang semakin lama semakin merosot, karena kurangnya nutrisi yang bisa dikonsumsi oleh Abdillah.

Kini Abdillah sedang berjuang untuk sembuh dari apa yang menimpanya, harapan besar orang tua Abdillah untuk melihat Abdillah tumbuh normal ceria seperti anak-anak lainnya. Segala usaha pengobatan medis dan alternatif sudah dilakukan, tapi masih belum ada perubahan.